Sejarah dan asal suku Betawi

7/10/2014 Add Comment


Kalau Mandra gampang saja menjawabnya: “au ah gelap!” Mahbub Djunaidi si kolomnis ternama asli Betawi pernah mencoba menjawabnya; tapi, ia pun akhirnya menyerah. “Bukan apa-apa bagaimana bisa menjelaskan sedangkan topangan literaur saja tidak ada. Mana ada nenek moyang orang Betawi meninggalkan tulisan? Babad, hikayat—tiada itu. Ada memang kisah sultan Zainul Abidin atau Siti Zubaedah yang saban-saban dipaparkan sahibul hikayat saat pesta sunatan atau perkawinan. Tetapi, isinya penuh rupa-rupa petualangan dan tingkah jin dalam berbagai kaliber.” Begitu alasannya.

Sampai kini hanya Ridwan Saidi yang tak lelah-lelah menjawab pertanyaan itu. Sudah tiga buku ditulisnya untuk menjelaskan yaitu “Profil Orang Betawi” (1997), “Warisan Budaya Betawi” (2000) dan “Babad Tanah Betawi” (2002). Tak puas, di beratus forum diskusi Ridwan omong, ikut debat polemik dengan macam-macam peneliti dari dalam dan luar negeri tentang hal yang sama.

Menurut Ridwan orang Betawi bukanlah orang “kemarin sore”. Tidak benar jika ada yang mengatakan orang Betawi itu keturunan budak yang didatangkan Kompeni untuk mengisi intramuros alias kota benteng Batavia. Orang-orang Betawi telah ada jauh sebelum J.P. Coen membakar Jayakarta tahun 1619 dan mendirikan di atas reruntuknya kota Batavia.

Salakanagara Hingga Kalapa

Cikal bakal sejarah orang Betawi dikaitkan Ridwan dengan tokoh bernama Aki Tirem yang hidup di daerah kampung Warakas (Jakarta Utara) pada abad 2. Aki Tirem hidup dari membuat priuk dan saban-saban bajak laut menyatroni tempatnya untuk merampok priuk. Lantaran keteteran sendiri melawan bajak laut maka diputuskan untuk mencari perlindungan dari sebuah kerajaan. Saat itulah Dewawarman seorang berilmu dari India yang menjadi menantunya dimintanya mendirikan kerajaan dan raja.

Pada tahun 130 berdirilah kerajaan pertama di Jawa yang namanya Salakanagara. Salakanagara nagara menurut Ridwan berasal ari bahasa Kawi salaka yang artinya perak.

Secara etimologis kemudian Salakanagara itu dikaitkan Ridwan dengan laporan ahli geografi Yunani bernama Claudius Ptolomeus pada tahun 160 dalam buku Geografia yang menyebut bandar di daerah Iabadiou (Jawa) bernama Argyre yang artinya perak. Dikaitkan pula dengan laporan dari Cina zaman Dinasti Han yang pada tahun 132 mengabarkan tentang kedatangan utusan Raja Ye Tiau bernama Tiao Pien.

Ye Tiau ditafsirkan sebagai Jawa dan Tiau Pien sebagai Dewawarman. Termasuk dalam hal ini yang disebut Slametmulyana sebagai Kerajaan Holotan yang merupakan pendahulu kerajaan Tarumanagara dalam bukunya Dari Holotan sampai Jayakarta adalah Salakanagara.

Soal letak Salakanagara, Ridwan menunjuk kepada daerah Condet. Alasannya karena di Condet salak tumbuh subur dan banyak sekali nama-nama tempat yang bermakna sejarah, seperti Bale Kambang dan Batu Ampar. Bale Kambang adalah pasangrahan raja dan Batu Ampar adalah batu besar tempat sesaji diletakkan.

Di Condet juga terdapat makam kuno yang disebut penduduk Kramat Growak dan makam Ki Balung Tunggal yang ditafsirkan Ridwan adalah tokoh dari zaman kerajaan pelanjut Salakanagara yaitu Kerajaan Kalapa. Tokoh ini menurut Ridwan adalah pemimpin pasukan yang tetap melakukan peperangan walaupun tulangnya tinggal sepotong maka lantaran itu dijuluki Ki Balung Tunggal.

Setelah menunjuk bukti secara geografis, Ridwan pun melengkapi teorinya tentang cikal bakal sejarah orang Betawi dengan sejarah perkembangan bahasa dan budaya Melayu agar dapat semakin terlihat batas antara orang Betawi dengan orang Sunda. Ia pergi ke abad 10. Saat terjadi persaingan antara wong Melayu yaitu Kerajaan Sriwijaya dengan wong Jawa yang tak lain adalah Kerajaan Kediri. Persaingan ini kemudian menjadi perang dan membawa Cina ikut campur sebagai penengah karena perniagaan mereka terganggu. Perdamaian tercapai, kendali lautan dibagi dua, sebelah timur mulai dari Cimanuk dikendalikan Sriwijaya, sebelah timur mulai dari Kediri dikendalikan Kediri. Artinya pelabuhan Kalapa termasuk kendali Sriwijaya.

Sriwijaya kemudian meminta mitranya yaitu Syailendra di Jawa Tengah untuk membantu mengawasi perairan teritorial Sriwijaya di Jawa bagian barat. Tetapi ternyata Syailendara abai maka Sriwijaya mendatangkan migran suku Melayu Kalimantan bagian barat ke Kalapa. Pada periode itulah terjadi persebaran bahasa Melayu di Kerajaan Kalapa yang pada gilirannya – karena gelombang imigrasi itu lebih besar ketimbang pemukin awal – bahasa Melayu yang mereka bawa mengalahkan bahasa Sunda Kawi sebagai lingua franca di Kerajaan Kalapa.

Ridwan mencontohkan, orang “pulo”, yaitu orang yang berdiam di Kepulauan Seribu, menyebut musim di mana angin bertiup sangat kencang dan membahayakan nelayan dengan “musim barat” (bahasa Melayu), bukan “musim kulon” (bahasa Sunda). Orang-orang di desa pinggiran Jakarta mengatakan “milir”, “ke hilir” dan “orang hilir” (bahasa Melayu Kalimantan bagian barat) untuk mengatakan “ke kota” dan “orang kota”.

Studi Lance Castles

Agar timbangan tidak berat sebelah maka perlulah disini dikemukakan pula sosial-origin alias asal-usul sejarah orang Betawi yang ditulis Lance Castles, meskipun telaah peneliti Australia ini banyak bikin berang orang Betawi, tetapi sampai sekarang hanya itulah yang dianggap sebagai jawaban paling memuaskan (kalau tidak bisa disebut accepted history) oleh banyak pihak, terutama para akademisi.

Pada April 1967 di majalah Indonesia terbitan Cornell University, Amerika, Castles mengumumkan penelitiannya menyangkut asal-usul orang Betawi. Hasil penelitian yang berjudul “The Ethnic Profile of Jakarta” menyebutkan bahwa orang Betawi terbentuk pada sekitar pertengahan abad 19 sebagai hasil proses peleburan dari berbagai kelompok etnis yang menjadi budak di Batavia.

Secara singkat sketsa sejarah terjadinya orang Betawi menurut Castles dapat ditelusuri dari, pertama daghregister, yaitu catatan harian tahun 1673 yang dibuat Belanda yang berdiam di dalam kota benteng Batavia. Kedua, Catatan Thomas Stanford Raffles dalam History of Java pada tahun 1815. Keriga, catatan penduduk pada Encyclopaedia van Nederlandsch Indie tahun 1893 dan keempat sensus penduduk yang dibuat pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930.

Oleh karena klasifikasi penduduk dalam keempat catatan itu relatif sama, maka ketiganya dapat diperbandingkan, untuk memberikan gambaran perubahan komposisi etnis di Jakarta sejak awal abad 19 hingga awal abad 20. Sebagai hasil rekonstruksi, angka-angka tersebut mungkin tidak mencerminkan situasi yang sebenarnya, namun menurut Castles hanya itulah data sejarah yang tersedia yang relatif meyakinkan.

Dari perbandingan dapatlah diketahui bahwa selama sekitar satu abad, beberapa kelompok etnis seperti Bali, Bugis, Makasar, Sumbawa, dan sebagainya tidak tercatat lagi sebagai kelompok etnis Jakarta. Sedangkan jumlah orang Jawa dan Sunda meningkat pesat, yang berarti migrasi cukup besar di dari Jawa, dan mungkin estimasi kelompok etnis Sunda di masa lalu di daerah sekitar Batavia terlalu rendah. Sebaliknya muncul kelompok etnis baru yang disebut “Batavians” (Betawi) dalam jumlah besar yaitu 418.900 orang. Jadi secara umum dapatlah dikatakan bahwa kehadiran orang Betawi merupakan buah dari kebijakan kependudukan yang secara sengaja dan sistematis diterapkan oleh VOC.

Bukti Arkeologis

Sepuluh tahun setelah pengumuman hasil penelitian Lance Castles, arkeolog Uka Tjandarasasmita mengemukakan monografinya Jakarta Raya dan Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran (1977). Uka memang tidak menyebut monografinya untuk menangkis tesis Castles, tetapi secara arkeologis telah memberikan bukti-bukti yang kuat dan ilmiah tentang sejarah penghuni Jakarta dan sekitarnya dari masa sebelum Tarumanagara di abad 5.

Dikemukakan bahwa paling tidak sejak zaman neolitikhum atau batu baru (3500 – 3000 tahun yang lalu) daerah Jakarta dan sekitarnya dimana terdapat aliran-aliran sungai besar seperti Ciliwung, Cisadane, Kali Bekasi, Citarum pada tempat-tempat tertentu sudah didiami oleh masyarakat manusia. Beberapa tempat yang diyakini itu berpenghuni manusia itu antara lain Cengkareng, Sunter, Cilincing, Kebon Sirih, Tanah Abang, Rawa Belong, Sukabumi, Kebon Nanas, Jatinegara, Cawang, Cililitan, Kramat Jati, Condet, Pasar Minggu, Pondok Gede, Tanjung Barat, Lenteng Agung, Kelapa Dua, Cipete, Pasar Jumat, Karang Tengah, Ciputat, Pondok Cabe, Cipayung, dan Serpong. Jadi menyebar hampir di seluruh wilayah Jakarta.

Dari alat-alat yang ditemukan di situs-situs itu, seperti kapak, beliung, pahat, pacul yang sudah diumpam halus dan memakai gagang dari kayu, disimpulkan bahwa masyarakat manusia itu sudah mengenal pertanian (mungkin semacam perladangan) dan peternakan. Bahkan juga mungkin telah mengenal struktur organisasi kemasyarakatan yang teratur.

Seberapa Penting Keturunan

Akhirnya, sebelum menutup tulisan ini perlu pula dikemukakan pertanyaan, yang terlepas dari polemik soal asal muasal orang Betawi. Sesungguhnya seberapa pentingkah keturunan itu bagi orang Betawi? Mengutip penelitian Ninuk Kleden, maka tiga yang dianggap terpenting dalam fase kehidupan orang Betawi adalah khitanan, kawinan,, dan kematian. Berlatar kultur seperti itu, tentunya orang Betawi sedikit sekali punya konsentrasi untuk mengingat-ingat sesuatu yang berkaitan dengan kelahiran. Adat hidupnya yang banyak bertopang pada agama Islam lebih mengajarkan untuk lebih mengingat-ingat hari kematian. Wajar jika orang Betawi menganggap adat berulang tahun itu tak penting. Itu adat kafir karena datangnya dari Kumpeni yaitu sebutan mereka untuk VOC (Verenigde Oost-indiesche Compagnie).

Dalam konteks itulah adalah wajar jika Mandra spontan menjawab “au ah gelap” soal asal muasal orang Betawi. Kapan lahir dan keturunan siapa tak persoalan bagi orang Betawi. Apakah sejarah yang disertai polemik itu tepat atau ngelantur? Tak soal. Sekali lagi, seperti kata Mahbub Djunaidi, bagaimana mengkritisi sedangkan topangan literatur tiada. Orang Betawi bukanlah orang Jawa yang walau banyak bohong masih sempat meninggalkan sejarahnya dalam babad.

Motto hidup orang Betawi yang ingin senang terus, membuat mereka tak ambil pusing soal polemik asal muasal itu. Mereka terima saja ketika pemerintah Jakarta menetapkan baginya hari ulang tahun, 22 Juni. Tepat atau tidak, benar atau bohong hari ulang tahun itu bagi orang Betawi tidak jadi soal, karena sesama satu kesatuan entitas nasional jangankan benarnya, bohongnya pun mesti percaya. Hidup sekali dan sudah susah koq dibikin susah-susah dengan segala versi itu.

Boleh jadi sikap ini karena mereka awam sejarah, atau malah sebaliknya, sejarah itu diragukan kebenarannya. Orang Betawi memang polos dan jenaka. Bagi mereka kwalitas manusia itu tidak ditentukan oleh kapan lahir dan dari keturunan siapa, melainkan isi kepala dan prilakunya. Ya, memang keturunan itu bukan apa-apa dan tidak 100% dominan.

Taruhlah orang Betawi itu keturunan Baginda Raja Salakanagara yang hebat, Ki Balung Tunggal yang sakti atau cuma budak yang hina, tetapi yang penting siapakah orang Betawi itu sekarang. Antara kebesaran Baginda Raja Salakanagara, kesaktian Ki Balung Tunggal dan kehinaan budak Kumpeni dengan orang Betawi sekarang tidak ada hubungannya sama sekali. Tak perlu cerewet dengan kisah asal muasal keturunan. Lebih penting adalah orang Betawi sekarang mesti belajar dan bekerja keras untuk jadi berkwalitas macam raja-raja besar dan jangan jatuh hina ditindas bagai budak tak berharga. Kwalitas tak jatuh dari keturunan, dan tidak juga dari langit.

Tetapi tentang siapakah orang Betawi, dari mana asalnya, pendek kata sejarahnya orang Betawi mesti dicarikan jawaban. Memang kwalitas tak jatuh dari keturunan, tetapi pertanyaan sejarah itu bukan berarti mesti diremehkan dan tidak harus dicari jawabannya. Sebisanya mesti dijawab, sebab itu menyangkut sejauh mana sebetulnya kita bersungguh-sungguh dengan sejarah. Sejarah yang lebih adil, yang bisa menjadi sumber inspirasi dan pedoman yang menuntun masyarakat pendukungnya sekarang belajar serta mengetahui serta mengerti seraya bekerja keras untuk mencapai arah kemana mereka mesti menuju.

Dalam konteks itu saling silang tentang sejarah asal usul orang Betawi menjadi penting dan perlu disyukuri sebagai tanda bahwa arah mencari sejarah yang adil tengah berjalan, dan disana sejarah sebagai gambaran masa lalu yang adalah pula merupakan berita pikiran atau discourse, yang menuntut adanya proses dialogis telah terjadi dan tinggal kini orang Betawi mengambil hikmahnya dari setiap historiografi atau penulisan sejarah yang terlibat dalam polemik itu untuk menjawab keprihatinan dan kegelisahan sosial-kultural mereka yang harus bertanggungjawab memajukan kehidupan manusia Betawi sekaligus manusia Indonesia.[JJ Rizal]

Source: http://staff.blog.ui.ac.id/syam-mb/2009/05/18/siapa-dan-darimanakah-orang-betawi/

Harimau Jawa Diyakini Masih Ada

1/25/2014 Add Comment

Diklaim punah, pakar meyakini harimau jawa akan ditemukan kembali. Inilah catatan penelusurannya.



“Kami masih meyakini Harimau Jawa belum punah, dan 2014 ini adalah tahun resolusi semoga bisa terbukti bahwa harimau Jawa masih ada.”

Semangat inilah yang memantik sejumlah peneliti, akademisi, bersama dinas terkait yang masih meyakini keberadaan harimau Jawa di tanah asalnya, dalam sebuah kegiatan bernama “Sarasehan Harimau Jawa 2013” yang diselenggarakan oleh Balai Taman Nasional Meru Betiri (BTNMB).

Pembahasan terfokus pada karnivora besar endemik hutan Jawa yang sudah diklaim punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) yaitu harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan akhir kegiatan ini menghasilkan rekomendasi bahwa harimau Jawa masih diyakini masih ada alias belum punah.

Menurut Wahyu Giri Prasetya, peneliti harimau jawa, harimau loreng (jawa) tergolong karnivora besar dengan sebaran geografis sangat luas. Membentang dari lembah Tigris di Siberia hingga di Rusia Timur, lalu di India kecuali Sri Lanka, kemudian di Indocina dan semenanjung Malaya—hingga di kepulauan Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Bali.

Satwa ini dianggap berasal dari lembah Tigris kemudian menyebar hingga ke Bali melewati rentang waktu ribuan tahun. Adanya perubahan tinggi permukaan air laut dan fragmentasi antarpopulasi, menjadikan spesies harimau loreng dikenal dengan 8 subspesies. Saat ini tiga subspesies, yaitu harimau kaspia, harimau bali dan harimau jawa sudah dianggap punah.

Wahyu Giri Prasetya dalam presentasinya memaparkan bahwa harimau jawa belum bisa dikatakan punah. Dalam materinya fakta temuan selain dari foto masih ditemukan. Laporan pembunuhan dan sisa pembunuhan masih terus didapat.

Selain itu, metode pemantauan konvensional ada banyak kelemahan. Contohnya, pemasangan kamera di TN Meru Betiri masih dalam jumlah yang terbatas sekali, dan tidak dilakukan penelitian dalam 2 kali siklus umur secara terus menerus, dan juga lokasi penelitian yang ada masih terbatas di Meru Betiri.

Pada tahun 1974, penelitian Seidensticker dan Sujono di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Jawa Timur memperkirakan Harimau Jawa tinggal 3-4 ekor. Berikutnya riset WWF di tempat yang sama tahun 1994, ternyata melaporkan hasil nihil. Kamera jebak sistem injak yang dipasang tidak memotret satu pun sosok harimau jawa. Selama ini TNMB terlanjur ditetapkan menjadi habitat terakhir harimau jawa. Sehingga, kesimpulan punah muncul. Pada Desember 1996, CITES memutuskan vonis punah.

Jika mengacu pada Steidensticker & Soejono, yang menyatakan punah pada tahun 1976 di Suaka Margasatwa Meru Betiri. Dengan usia harimau berkisar 25 tahun dikalikan dua umur rata-rata, maka harimau jawa baru bisa dikatakan punah pada tahun 2026. “Jadi terlalu dini dan tak kuat dasar pernyataan punah bagi harimau Jawa,” kata Wahyu Giri.

Ia menambahkan bahwa info juga yang sering salah kaprah, bahwa WWF seolah memasang 20 kamera, tetapi sebenarnya hanya memasang sepuluh kamera yang dipasang dalam dua periode.

Untuk melawan pernyataan punah dari IUCN memang tidaklah mudah. Saat ini memang bukan era jejak, tapi era foto.

Didik Raharyono yang juga peneliti harimau Jawa dan penulis buku Berkawasan Harimau bersama Alam kepada Mongabay-Indonesia memaparkan perkara kepunahan harimau jawa ternyata bukan soal sepele. Selama ini antara “masyarakat ilmiah” dan masyarakat sekitar hutan terjadi perdebatan.



Panthera tigris sondaica. (Foto: Andries Hoogerwerf)

Para ahli menyatakan harimau Jawa telah punah, menyusul saudara dekatnya, harimau bali (Panthera tigris balica). Dasarnya adalah berbagai penelitian yang dilakukan tidak pernah lagi menemukan sosok wujudnya.

Dalam artikel yang ditulis Didik Raharyono berjudul “Sejarah Penyelamatan Harimau Jawa Dan Masa Depannya di Meru Betiri” dijelaskan bahwa harimau loreng hampir mendiami seluruh Pulau Jawa yang berselimutkan hutan tropis lembap. Hanya saja setelah kebijakan tanam paksa dari kolonial Belanda, merombak hutan tropis dataran rendah —habitat ideal bagi harimau loreng— menjadi perkebunan tebu dan jati, terjadi konflik dengan satwa liar.

Di tahun 1971 Hoogerwerf meneliti SM Meru Betiri menggunakan metode pengamatan lapangan dan menyatakan masih eksisnya harimau Jawa di kawasan ini. Lalu Steidensticker mempertajam penelitian guna penguatan status konservasinya di tahun 1976 menggunakan metode amatan lapang. Berikut penelitian oleh Silva IPB tahun 1987 yang juga masih mencatat temuan cakaran, feses, serta jejak harimau loreng dengan metode amatan lapang.

(Tommy Apriando/Mongabay Indonesia)

Misteri 10 Kapal Hantu Paling Terkenal di Dunia

1/25/2014 Add Comment
Di lautan, ada berbagai kisah terkenal dan menyeramkan mengenai misteri kapal hantu yang ditakdirkan berada di laut selamanya. Kapal yang tadinya penuh denga kehidupan sekarang hanyalah sebuah struktur tidak bernyawa. Berikut 10 misteri kapal hantu paling terkenal di dunia.

Perlu diketahui bahwa definisi kapal hantu adalah sebuah kapal fiksi berhantu atau dapat juga sebuah penemuan kapal yang seluruh krunya hilang atau meninggal dengan alasan yang tidak jelas.

 1. Ourang Medan 


Pada tahun 1947, sebuah pesan yang berisikan kode morse diterima oleh dari sebuah kapal kargo Belanda, Ourang Medan. Pesan tersebut diterima banyak kapal dan berisikan pesan yang intinya mengatakan semua kru telah meninggal termasuk si pengirim pesan. Dari signal dan pesan tersebut, Tim maritim Belanda dan Inggris dapat menemukan keberadaan kapal Ourang Medan.

Setelah berbagai percobaan, akhirnya sebuah tim penyelamat berukuran kecil dibentuk untuk memasuki kapal tersebut. Yang mengerikan, semua kru telah meninggal dengan keadaan yang benar-benar aneh seakan-akan seperti melihat sesuatu yang sangat mengerikan di langit. Bahkan anjing yang sudah mati juga masih berdiri tidak bergerak. Saat tim berusaha memasuki lebih dalam, tiba-tiba ledakan terjadi dan mereka diharuskan kembali ke kapal penyelamat utama sebelum akhirnya kapal Ourang Medan tenggelam ke kedalaman laut.

Banyak sekali spekulasi dan teori mengenai kisah ini dimulai dari perompak, gas beracun, gas alam, sampai ke hantu dan alien. Mereka mengatakan kapal ini membawa sesuatu yang 'seharusnya' tidak ada. Ini adalah kapal hantu yang benar-benar misterius.


2. The Flying Dutchman



Dapat disebut sebagai misteri kapal hantu paling terkenal di dunia, The Flying Dutchman yang dipopularkan film 'The Pirates of the Caribbean' serta 'Spongebob Squarepants' ini sebenarnya merujuk ke kapten kapal tersebut, bukan kapal itu sendiri.

Kisah aslinya berasal dari Tanjung Good Hope di Afrika Selatan dimana kapal itu dipimpin oleh Kapten Hendrick Van Der Decken yang tujuannya adalah Amsterdam. Walaupun sedang dalam badai yang mencekam, Van Der Decken menolak permintaan para kru untuk memutar kembali kapalnya. Ia malah bernyanyi sambil minum bir dan merokok. Akhirnya karena frustasi, para kru atau awak kapal tersebut memberontak. Van Der Decken yang marah menembak si pengemudi utama dan melempar tubuh pengemudi utama tersebut ke laut.

Dalam kisah tersebut, langit terbelah dan berkata ke Van Der Decken: "Kamu adalah pria yang keras kepala," Sang kapten balik berkata: "Saya tidak pernah meminta pelayaran yang tenang, saya tidak pernah meminta apapun, jadi pergilah sebelum saya menembak kamu juga." Ia mengarahkan pistolnya ke langit dan menarik picu pistol tersebut, namun pistol tersebut malah meledak di tangannya. Penutup dari kisah ini adalah sebuah kutukan yang mengatakan:

"Kamu akan selamanya ditakdirkan mengelilingi lautan, bersama dengan roh mati dari awak kapal. Membawa kematian bagi siapapun yang melihat kapalmu, dan juga tidak akan pernah menemukan kedamaian. Ditambah lagi, kepahitan akan menjadi minumanmu serta besi panas akan menjadi dagingmu."


3. Lady Lovibond



Merayakan pernikahannya, Simon Reed Sang Kapten kapal membawa istrinya, Annette ke atas kapal untuk mengelilingi Portugal. Pada saat itu, membawa wanita ke atas kapal dipercaya membawa kesialan. Yang tidak diketahui Reed adalah perwira pertamanya, John Rivers, juga mencintai istrinya dan karena perasaan cemburu ia mengarahkan Lovibond ke kehancuran di Goodwin Sands, yakni memang sebuah wilayah yang terkenal akan kapal hantu dan kecelakaan kapal.

50 tahun kemudian, 2 kapal yang berbeda dan terpisah melaporkan mereka melihat sebuah penampakan kapal mengarah ke Goodwin Sands. Ditambah lagi, pemancing lokal melaporkan mereka melihat kapal yang hancur di area tersebut namun saat penyelamatan dilakukan, sama sekali tidak ada tanda-tanda kapal di area itu. Kapal Hantu Lady Lovibond dikatakan akan muncul 50 tahun sekali dengan perawakan kapal yang dipenuhi cahaya hijau mengerikan.



4. Young Teazer



Dibuat di tahun 1813, Young Teazer adalah kapal sekunar Amerika yang memburu kapal perdagangan Kerajaan Iggris. Sayangnya nasib kapal ini berakhir buruk, ia dikejar oleh kapal Nova Skotlandia Baru dan kabur ke kedalaman kabut. Tidak lama kemudian, ia dikejar lagi kapal perang HMS La Hogue membuatnya tidak bisa kabur kemana-mana.

Awak kapal La Hogue siap menaiki Young Teazer. Begitu mereka mendekati kapal tersebut, kapal itu meledak. 7 dari kru kapal Young Teazer mengatakan bahwa kapten kapal, Frederick Johnson menjadi gila dengan melemparkan api ke ruang amunisi, membunuh dirinya dan 30 kru lain. Setelah kejadian tragis itu, banyak orang bersaksi bahwa Young Teazer menampakkan dirinya di kedalaman laut dekat Pelabuhan Mahone, Kanada. Hingga sekarang hal itu menjadi legenda dimana sebuah kapal hantu muncul dan lenyap dalam kobaran api. Dikatakan sering terlihat 3 hari mendekati bulan purnama.





5. Eliza Battle



Dimulai pada tahun 1852, Eliza Battle adalah sebuah kapal steamboat mewah untuk para VIP dan Presiden. Sayangnya pada tahun 1858, sebuah kecelakaan terjadi dan api besar melahap kapal ini membuat kapal ini kehilangan kontrol dan tenggelam di kedalaman laut dan sekarang sisa-sisa kapal ini masih dapat ditemukan 28 kaki dari permukana laut di bawah jembatan dekat Alabama State Road 114.

Dirumorkan bahwa pada saat banjir musim semi, dan mendekati malam bulan purnama, kapal steamboat ini akan keluar dari air dan melanjutkan pelayarannya disertai dengan musik dan api yang masih berkobar di geladaknya. Seperti kebanyakan kemunculan kapal hantu lainnya, para pemancing lokal juga percaya bahwa penampakan tersebut menandakan akan malapetaka dan bencana mendekati Sungai Tombigbee.


6. Baychimo



Dibuat pada tahun 1911, Baychimo adalah sebuah kapal perdagangan kulit bulu di sekitar barat laut Kanada dan diketahui pelayaran terakhirnya adalah di tahun 1931 dengan sebab terperangkap dalam es di pesisir pantai kota Barrow dan menyebabkan para kru harus meninggalkan kapal tersebut setelah mengambil berbagai kargo perdagangan di dalamnya.

4 tahun sejak kejadian tersebut ada banyak rumor mengenai penampakan Baychemo sepanjang pesisir pantai Kanada. Berbagai percobaan untuk menaiki kapal tersebut telah dicoba namun banyak yang gagal, mereka yang berhasil, malah terperangkap selamanya di dalam kapal karena cuaca yang buruk. Di tahun 2005, pemerintah Alaska membentuk operasi untuk menemukan "kapal hantu dari Artic." Namun sampai sekarang belum berhasil dan tidak ada yang tahu bagaimana nasib kapal misterius itu.



7. Caleuche



Caleuche Merupakan legenda dari mitologi Chilota, Chile. Ia digambarkan sebagai sebuah kapal hantu yang datang setiap malam di dekat pulau Chiloe, yakni pulau kecil dekat pesisir pantai Chile. Dikatakan kapal itu Caleuche penuh dengan roh orang-orang yang telah meninggal karena tenggelam di lautan. Roh-roh ini dipanggil oleh Sirena Chilota, Pincoya, dan Picoy, yakni 3 roh air dalam mitologi Chilota yang menyerupai putri duyung.

Caleuche sendiri juga digambarkan sebagai kapal yang cantik, penuh cahaya dan selalu dipenuhi musik dan tawa namun hanya akan muncul selama beberapa saat sebelum ia kembali menghilang tenggelam ke kedalaman laut.



8. Kapal Hantu Northnumberland Strait



Dideskripsikan sebagai sebuah schooner ship atau kapal sekunar dengan layar putih murni yang semuanya diselimuti oleh api berkobar. Legenda lokal mengatakan bahwa kemunculan dari kapal hantu ini menandakan bahwa akan ada badai besar yang datang.

Karena penampakan dari kapal ini, para pelaut yang melihatnya sering berusaha menyelamatkan para kru atau awak yang ada di kapal tersebut, namun begitu para pelaut mulai mencari sumber penampakan tersebut maka kapal hantu ini akan hilang secara tiba-tiba. Penampakan terbaru adalah pada tahun 2008, oleh seorang pemuda bernama Mathieu Giguere yang mengatakan melihat "kapal putih dan seterang emas."

9. Octavius



The Octavius atau kapal Octavius ditemukan oleh sebuah kapal pemburu paus di tahun 1775. Kru kapal tersebut menaiki Octavius dan menemukan seluruh awak kapal telah meninggal, seakan-akan beku melihat momen kematian mereka sendiri. Sang Kapten juga ditemukan telah meninggal di kabinnya, dalam keadaan sedang menulis catatannya sendiri. Para kru yang menaiki kapal tersebut kabur ketakutan dengan hanya membawa catatan dari Sang Kapten yang telah meninggal. Catatan tersebut berakhir di tahun 1762, yang berarti kapal Octavius telah ada dalam keadaan tersebut selama 13 tahun.

Octavius sendiri memulai pelayarannya di tahun 1761 dengan asumsi bahwa kapal tersebut terperangkap dalam es saat melewati Alaska Utara. Yang mengerikan dan misteriusnya adalah sesudah kejadian di atas, kapal tersebut tidak pernah lagi dijumpai dan melanjutkan kembali pelayarannya mengelilingi lautan.

10. Mary Celeste



Dipertimbangkan sebagai salah satu kisah kapal hantu nyata yang paling terkenal. Mary Celeste adalah kapal perdagangan yang ditemukan di tahun 1872 dengan keadaan yang masih sangat layak untuk berlayar kembali lengkap dengan persediaan makanannya. Namun yang kurang dari kapal itu adalah kapal penyelamatan darurat, catatan kapten, dan juga seluruh kru yang hilang secara misterius.

Di kapal itu tidak ada tanda-tanda perlawanan dan semua kargo bawaan mereka sama sekali tidak disentuh, hal ini membuat kemungkinan pembajakan sudah tidak mungkin ada. Mengikuti hal itu, tahun-tahun penyelidikan membuat berbagai teori aneh yang emngatakan pemberontakan kru, jamur beracun, badai dan seterusnya. Apapun itu, 13 tahun kemudian Mary Celeste telah berganti tangan selama 17 kali yang semuanya berakhir dengan kematian tragis.